Sekolah Hijau Modern di Indonesia

Sekolah yang mengikuti standar kurikulum pendidikan itu biasa. Namun, bagaimana jika sekolah membuat inovasi pendidikan sendiri? Inilah fenomena yang dapat ditemukan di Green School International.

Di antara jutaan sekolah di Indonesia yang dikelilingi bangunan modern khas barat, Green School International justru dikelilingi bangunan yang menyatu dengan alam. Sekolah ini didirikan tahun 2008 di tengah-tengah hutan palem Bali. Berbeda dengan sekolah di era modern pada umumnya, sekolah ini memiliki struktur bambu dan atap dari rumput.

Green School International digagas oleh pasangan suami istri, John dan Cynthia Hardy. Ide mendirikan sekolah tersebut bermula dari kekecewaan John terhadap sistem pendidikan pada umumnya yang terlalu ketat. Pasangan suami istri tersebut ingin membangun pengalaman pendidikan yang mengombinasikan kejiwaan, fisik, dan emosional. Kemudian, mereka memutuskan untuk membuat sekolah impian mereka sendiri untuk putri mereka.

Setelah disetujui pemerintah Indonesia, pasangan suami istri Hardy mulai mengerjakan bangunan Green School International. Mereka membangun sekolah berbasis struktur indoor-outdoor yang ramah lingkungan. Selain menggunakan struktur bambu, banyak bangunan yang didukung sumber energi terbarukan termasuk tenaga mikro-hidro, dari pusaran tenaga air, tenaga surya, dan bio-diesel. Gedung sekolah yang dibangun terutama dari sumber daya terbarukan, yaitu bambu, alang-alang Bali, dan dinding lumpur tradisional yang terbuat dari tanah liat.

Selain struktur bangunannya, hal unik lain yang diterapkan sekolah ini adalah sistem pendidikannya. Pihak sekolah ini mengembangkan kurikulum mereka sendiri. Kurikulum Green School menggabungkan daya saing akademis dengan Green Studies Curriculum dan Creative Arts Curriculum. Green School memegang tiga mata pelajaran inti, yakni Bahasa Inggris, Matematika, dan Sains. Namun, sekolah ini tidak hanya mengajarkan pelajaran umum tersebut. Green School juga menyediakan pendekatan alternatif yang memperluas kreativitas. Tujuannya adalah mendidik anak-anak untuk memahami dan menghadapi permasalahan global. Pada Green Studies Curriculum, siswa akan belajar tentang lingkungan dan dunia ekologi seperti menanam tanaman sendiri di kebun organik, belajar mengenai konservasi alam, dan minum dari air sumur yang dimurnikan. Di sisi lain, Creative Arts Curriculum mendorong siswa fokus pada seni dan budaya dalam pengaruh lokal.

Green School International Bali telah menghasilkan sejumah alumni terkemuka yang ada di berbagai belahan dunia. Beberapa contohnya adalah kakak-beradik sekaligus aktivis Melati dan Isabel Wijsen. Mereka terkenal di usia remaja dengan kampanye pengurangan sampah plastik di Bali. Upaya mereka yang diberi nama Bye Bye Plastic Bags tersebut diterapkan di seluruh pulau. Bahkan, gerakan tersebut menjadi gerakan global di dua puluh negara. Atas gagasan tersebut, Melati dan Isabel diundang sebagai pembicara di PBB dan Forum Ekonomi Dunia.

Saat ini, Green School sudah didirikan di Selandia Baru dan Afrika Selatan. Sekolah ini dihadiri oleh lebih dari seratus siswa, mulai dari warga lokal, Eropa, dan Jepang. Di Afrika, Green School juga berencana menyediakan beasiswa untuk anak-anak lokal yang kurang mampu. 

(Disarikan dari berbagai sumber)