Dongeng Dua Belas Putri Menari

Alkisah, hiduplah seorang raja yang memiliki dua belas putri yang cantik jelita. Mereka tidur setiap malam dalam satu kamar yang sama. Setelah mereka masuk kamar tidur di malam hari, sang Raja pun mengunci pintu kamarnya. Namun, herannya, di pagi hari sepatu menari mereka koyak moyak seakan-akan dipakai untuk menari sepanjang malam. Ketika ditanyakan kebenarannya, para putri selalu menolak untuk memberi tahu ayahnya. Misteri itu pun membuat sang Raja tak habis pikir sekaligus khawatir. Sang Raja akhirnya mengadakan sayembara. Barang siapa bisa mengetahui rahasia kedua belas putri, ia akan dinikahkan dengan salah satu putri dan menjadi raja berikutnya. Namun, jika gagal, ia akan dihukum dengan sangat berat.

Satu per satu pangeran dari kerajaan seberang datang mengikuti sayembara. Tapi tak ada satu pun yang berhasil sehingga mereka semua terpaksa menerima hukuman. Suatu hari, seorang mantan prajurit berjalan menuju kerajaan. Ia bermaksud mengikuti sayembara. Di tengah jalan, ia bertemu seorang nenek tua yang terhuyung memintainya seteguk minuman. Sang Prajurit langsung memberi minuman dan makanannya. “Apakah kau hendak ikut sayembara Raja, Nak?” tanya sang Nenek kemudian. “Benar, Nek,” jawab sang Prajurit. Nenek itu lalu memberinya nasihat. “Dengar baik-baik pesan Nenek. Jangan sampai engkau menelan minuman pemberian putri raja. Pura-puralah tidur setelah itu. Terimalah jubah ini. Pakailah jubah ini untuk mengikuti mereka agar kau tak ketahuan.” Setelah sang Nenek pergi, sang Prajurit kembali meneruskan perjalanannya ke kerajaan.

Raja sangat senang mendengar sang Prajurit ingin ikut sayembara. Ia diberi waktu tiga hari dan tiga malam untuk menemukan jawabannya. Menjelang malam, putri raja yang tertua membawakan sang Prajurit segelas minuman selamat datang. Mengingat nasihat Nenek, sang Prajurit lalu pura-pura meminumnya. Ia pun berlagak tertidur dan mendengkur dengan keras. Putri itu kembali ke kamar untuk memberi tahu saudara-saudaranya.

Dalam kamar, mereka menggeser tempat tidur putri tertua. Ternyata di bawah ranjang itu ada tangga menuju ke bawah tanah! Mereka lalu turun tangga, diikuti oleh Sang Prajurit yang mengenakan jubah ajaib dari Nenek. Sepanjang jalan mereka melewati taman berdaun perak, emas, dan permata. Lalu sampailah mereka di sebuah danau. Kedua belas pangeran sudah menunggu dengan masing-masing sampannya. Sang Prajurit ikut naik di salah satu sampan yang menyeberang ke sebuah istana yang megah di seberang danau. Di istana ini, kedua belas putri menari sepanjang malam hingga sepatu mereka koyak. Menjelang pagi, mereka pun segera kembali ke kamarnya. Sang Prajurit berlari mengikuti mereka. Tak lupa ia mengambil sebuah gelas emas dari istana, serta memetik sehelai daun permata, emas, dan perak.

Di pagi hari ketiga, sang Prajurit pun menghadap Raja. Ia menceritakan penemuannya dan menyerahkan bukti gelas dan daun-daun yang dibawanya. Raja hanya bisa memandang terpana tak percaya. Kedua belas putri yang mendengar itu pun diam tak berkutik dan mengakui perbuatan mereka semua. Sesuai janji sang Raja, sang Prajurit boleh memilih seorang putri untuk dinikahinya. Ia memilih putri tertua dan menjadi raja berikutnya di kemudian hari.