Laskar Pelangi

Buku Laskar Pelangi, yang ditulis oleh Andrea Hirata, menceritakan tentang kisah inspiratif anak-anak pelosok Pulau Belitung yang sangat mendambakan pendidikan di tengah berbagai tantangan. Simak sinopsisnya berikut ini.

Di tahun 1970-an, SD Muhammadiyah di Gentong, Belitung Timur, terancam akan ditutup karena kekurangan murid. Untunglah, di tahun ajaran baru ini genap terdaftar 10 orang murid. Sekolah tak jadi ditutup, dan kesepuluh anak ini menjadi Laskar Pelangi. Bu Mus lah yang memberi nama itu, karena anak-anak itu sangat menyukai pelangi indah di bumi Belitung. Anggotanya yaitu Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun. Walaupun mereka anak-anak keluarga penambang yang miskin, semangat dan tekad belajarnya sangat kuat. Kepala sekolah Pak Harfan dan guru Bu Mus turut berjasa dalam menginspirasi dan mendukung mereka semua untuk terus belajar, berakhlak, dan berani bersaing.

Dengan segala keterbatasan yang ada, Laskar Pelangi ternyata berhasil meraih prestasi menakjubkan. Misalnya, saat ada lomba karnaval, tak ada dana untuk membuat kostum. Namun, Mahar yang berbakat seni berhasil memanfaatkan dedaunan untuk dijadikan kostum. Merekapun berhasil menang lomba. Selain itu, Lintang, Ikal, dan Sahara berhasil menjuarai Lomba Cerdas Cermat. Mereka mengalahkan sekolah-sekolah lainnya yang lebih unggulan dan berada.

Suatu hari, ayah Lintang meninggal sehingga ia harus berhenti sekolah untuk menghidupi keluarganya. Padahal, Lintang adalah bocah terpandai di kelas dan bercita-cita menjadi ahli matematika. Akankah teman-temannya berhasil membujuknya untuk kembali bersekolah?

Akhir cerita ini diungkapkan dua belas tahun kemudian ketika Ikal kembali ke kampung halamannya. Kedua guru mereka boleh merasa bangga karena para anggota Laskar Pelangi sekarang telah menjadi wakil rakyat, manajer R&D di perusahaan multinasional, hingga mengecap pendidikan di universitas-universitas terkemuka di Eropa.