Bacalah penggalan cerpen berikut!
Anak Rumah Nomor 6
Hari masih pagi. Rumah No.6 di tikungan Jalan Tanjung tampak sepi. Aku dan kawan-kawan memarkir sepeda di bawah pohon sawo. Dengan hati-hati, kami berjingkat dan mengintip lewat celah pagar yang terhalang semak belukar. Entah mengapa, kami suka sekali memata-matai rumah nomor 6 ini. Sebetulnya rumah itu biasa-biasa saja. Namun kelihatan kotor dan kurang terawat.
Kami, murid-murid SDN 04 sangat takut pada Pak Umang. Ia adalah penghuni rumah nomor 6 ini. Menurut cerita, Pak Umang yang berkumis dan berjanggut panjang itu adalah mantan narapidana. Ia pernah dipenjara karena hampir membunuh orang dalam suatu perkelahian. Banyak cerita seram mengenai Pak Umang. Entahlah, cerita itu benar atau tidak.
Anak perempuan Pak Umang baru pindah ke sekolah kami. Namanya Badai. Murid-murid perempuan suka mengejek nama yang kedengaran aneh itu. Badai juga selalu diolok-olok karena berkepala botak. Aku tak tahu mengapa rambutnya dicukur plontos seperti itu. Badai sangat pendiam. Di saat jam istirahat, ia lebih suka pergi ke perpustakaan sendirian.
(Sumber: https://bobo.grid.id/read/081987019/cerpen-anak-rumah-nomor-6)
Nilai kehidupan yang paling menonjol pada penggalan cerpen tersebut adalah ....
A
nilai moral
B
nilai budaya
C
nilai politik
D
nilai religius
Pembahasan:
Nilai-nilai kehidupan yang bisa diambil dari sebuah cerpen berjumlah 12 nilai, antara lain:
Nilai moral: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan perangai, budi pekerti, atau tingkah laku manusia terhadap sesamanya. Biasanya nilai ini dapat diketahui melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh, dialog, dan lain-lain.
Nilai sosial: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan masalah sosial dan hubungan manusia dengan masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran hubungan antar-tokoh.
Nilai religius: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kepercayaan atau ajaran agama tertentu. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan simbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan penggambaran nilai-nilai kehidupan yang dilandasi ajaran agama yang bersifat universal.
Nilai budaya: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan adat istiadat, kebudayaan, serta kebiasaan suatu masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran adat istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu, dan kebiasaan yang berlaku pada tempat para tokoh.
Nilai pendidikan/edukatif: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk (pengajaran) atau bisa juga berhubungan dengan sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan/pengajaran.
Nilai etika: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan sikap sopan santun dalam aspek kehidupan. Merupakan bagian dari nilai moral.
Nilai estetika: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan keindahan, baik dari segi bahasa, penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar tokoh.
Nilai politik: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan usaha warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, proses pelaksanaan kebijakan di masyarakat, dan penyelenggaraan pemerintahan diberbagai tingkat dalam negara.
Nilai patriotik/perjuangan: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan jiwa kepahlawanan atau suatu perjuangan (misalkan perjuangan hidup, semangat yang membara, cinta tanah air, dan lain-lain).
Nilai psikologi: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan tokoh (misalkan antisosial, depresi, keterbelakangan mental, shock, halusinasi, delusi, emosi yang berlebih, gangguan kejiwaan, dan lain-lain).
Nilai ekonomi: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan status/kondisi ekonomi, perdagangan, atau permasalahan ekonomi dalam masyarakat.
Nilai historis: Nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan hal-hal yang erat kaitannya dengan sejarah.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, perhatikan paragraf ketiga:
Anak perempuan Pak Umang baru pindah ke sekolah kami. Namanya Badai. Murid-murid perempuan suka mengejek nama yang kedengaran aneh itu. Badai juga selalu diolok-olok karena berkepala botak. Aku tak tahu mengapa rambutnya dicukur plontos seperti itu. Badai sangat pendiam. Di saat jam istirahat, ia lebih suka pergi ke perpustakaan sendirian.
Dari teks di atas, tokoh "aku" mengamati kalau Badai sering diejek dan tidak punya teman di sekolahnya. Dapat dikatakan bahwa teman-teman sekolah Badai memperlakukannya dengan buruk. Tokoh "aku" pun terkesan tidak membantu atau membela Badai ketika ia diperlakukan dengan buruk. Hal ini tentu mencerminkan nilai moral yang tidak baik. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah nilai moral.
Ingin latihan soal-soal dengan topik yang sama?
Ingin cari soal-soal dengan topik yang sama?
Ayo daftar untuk mendapatkan 43.892 soal latihan!
Soal Populer Hari Ini
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Bagi sebagian orang, matematika merupakan pelajaran yang sulit. Banyak yang tidak suka dengan pelajaran matematika. (1) Hal tersebut biasanya dialami oleh anak-anak yang menyukai pelajaran ilmu sosial dan anak-anak yang menyukai pelajaran yang mudah. (2) Tetapi hal ini tidak berlaku bagi bocah jenius asal Medan yang bernama Petra Jheremy.
(3) Petra adalah bocah yang mempunyai otak seperti kalkulator. Dilansir dari Youtube Trans7 Official pada acara Hitam Putih, saat ditanya, Petra mengaku telah menyukai matematika dan belajar berhitung cepat sejak usia 6 tahun. (4) Dalam pelajaran yang melibatkan hitung-menghitung, Petra selalu menjadi juara kelas. Kemampuan menghitungnya jauh berada di atas rata-rata anak seusianya.
Dalam kutipan cerita di atas, kalimat yang mengandung majas yaitu ....
Saat ini umur adik adalah kurang 8 tahun dari umur kakak. 2 tahun lagi, umur kakak adalah 2 kali umur adiknya sekarang. Jumlah umur mereka sekarang adalah … tahun.
Tanda "" berarti bilangan pertama dibagi dengan , lalu hasilnya dibagi dengan bilangan kedua. Hasil dari adalah ....
Cermati pidato berikut!
(1) Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua,
(2) Yang saya hormati Bapak Ibu Wali Murid sekalian,
Dan anak-anak yang saya banggakan,
(3) Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat bersilahturahmi dan berkumpul di tempat ini dalam keadaan tak kurang suatu apapun.
(4) Pada kesempatan ini, izinkanlah saya untuk menyampaikan gagasan dan pesan terkait dengan kenakalan remaja yang semakin marak di tengah perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini. Di tengah gempuran perkembangan teknologi dan komunikasi, banyak anak-anak muda yang sukses dalam meniti kehidupan dan prestasi. Namun, di balik itu tidak sedikit juga yang terjerumus ke dalam kenakalan remaja seperti pergaulan dan sosial yang salah.
(5) Mudahnya informasi untuk didapatkan saat ini secara tidak langsung membuat perilaku anak-anak remaja juga di atas nalar pikir orang dewasa. Selain itu, kemudahan memperoleh informasi tersebut terkadang disalahgunakan oleh anak remaja untuk mengakses hal-hal yang seharusnya tidak diakses oleh remaja. Hal ini tentu saja meresahkan orang tua, karena anak remaja bisa mendapatkan pengetahuan mengenai sesuatu hal namun tanpa pengarahan yang tepat justru akan membuat anak remaja tersebut terjerumus ke hal-hal yang negatif. Penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku menyimpang, misalnya.
(6) Untuk itu, saya mengajak orang tua sekalian untuk semakin menjaga dan mengarahkan putra-putrinya dalam menelusuri dunia maya. Semakin banyak pemblokiran internet untuk jejaring yang dianggap tidak pantas untuk diakses yang seharusnya membantu para orang tua untuk menghindarkan putra-putrinya dari hal yang tidak diinginkan. Selain itu, saya mengajak anak muda sekalian, khususnya yang menghadiri acara ini. Berprestasilah setinggi mungkin, dan jadikan tiang agama dan norma sebagai pedoman dalam bersikap dan menjalani kehidupan agar tidak salah jalan. Ingatlah anak-anakku terkasih, jangan menyia-nyiakan kehidupan saat ini. Hiduplah agar menjadi berguna bagi sekitarmu. Mari berkarya dan berpartisipasi pula bagi kemajuan bangsa dan negeri kita ini.
(7) Demikian gagasan dan pendapat yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih atas perhatian Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan teman-teman sekalian. Saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan.
(8) Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nomor (7) dan (8) termasuk dalam struktur pidato, yaitu ....
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Seorang remaja asal Thailand yang tinggal di timur laut Provinsi Kalasin sedang menjadi buah bibir. Remaja tersebut menjadi buah bibir lantaran menjual lukisannya, mayoritas bergambar pemandangan desa, untuk memenuhi tanggungan biaya kuliahnya.
Remaja bernama Krittamet Saisaen, atau yang akrab disapa Earth tersebut bercita-cita menjadi seorang arsitek. Remaja berusia 18 tahun tersebut mengenang kesukaannya melukis pertama kali, yaitu ketika menemani ibunya saat dirawat di rumah sakit. Hobi menggambarnya memang sudah dimulai sejak ia masih kecil. Oleh karena itu, ia sangat berkeinginan menjadi seorang arsitek yang ahli mendesain bangunan.
Earth ingin mendaftar kuliah di Arsom Silp Institute of The Arts, Bangkok. Namun, biaya yang harus ia bayar untuk bisa menempuh kuliah di sana sebesar 60 ribu baht atau lebih dari 27 juta untuk satu semesternya. Untuk meraih gelar sarjana, ia harus menyelesaikan 10 semester atau memerlukan biaya sekitar 270 juta. Biaya kuliah yang sangat tinggi tersebut tak mampu ia penuhi. Apalagi orangtua Earth sudah tidak ada. Ibunya telah meninggal dunia dan ayahnya meninggalkannya beserta adiknya.
Earth tak patah semangat. Ia berharap bisa mendapatkan uang dengan menjual lukisannya. Ia menjual lukisannya kepada tetangga dengan harga 20 sampai 50 baht, atau sekitar 10 ribu sampai 23 ribu rupiah. Meskipun dibayar sedikit, ia tak patah semangat. Ia terus memoles keterampilannya lewat guru seninya dan video tutorial di Youtube.
Kehidupan Earth membaik setelah kisahnya tersebar di berbagai media sosial. Akibat hal tersebut, ia kemudian kebanjiran pesanan membuat lukisan. Pesanan lukisan tersebut dibayar dengan harga 1000 sampai 2000 bath.
Kerja keras Earth mengasah keterampilan dan gigih menjual lukisan akhirnya menuai hasil. Earth menjadi bukti sebagai anak muda yang berjuang meraih cita-citanya meskipun banyak halangan. Dari penghasilan yang ia dapatkan tersebut ia juga bercita-cita membangun pondok ramah lingkungan untuk mengajari anak-anak melukis.
(Sumber: Liputan6.com, dengan penyesuaian)
Bagian komplikasi dalam cerita inspiratif di atas terdapat pada paragraf ....