Bank Soal Bahasa Indonesia SMA Identifikasi Struktur dan Kebahasaan Teks Sejarah

Soal

Pilgan

Lihat Pembahasan

Kutipan Teks Cerita Sejarah Berjudul Arok Dedes

[1] "Yang Mulia, Empu Gandringlah yang membikin para tamtama bersepakat mempersembahkan semua balatentara di bawah duli Yang Mulia Pramesywari."

[2] "Terima kasih, Kebo Ijo. Tetapi, bagaimana bisa begitu? Bukankah seluruh balatentara Tumapel adalah milik Sang Akuwu pribadi?"

[3] "Sahaya..."

[4] "Mengapa kau terdiam? Kurang baikkah tugas khusus ini bagimu?"

[5] "Kalau Yang Mulia berkenan melindungi jiwa sahaya ..."

[6] "Adakah kau timbang Pramesywari Tumapel tidak bisa dipercaya?"

[7] "Ampun, Yang Mulia. Karena ini menyangkut semua tamtama Tumapel."

[8] "Kau dan kalian berada dalam lindunganku, Kebo."

[9] "Itulah nilai dan kenang-kenangan terindah dalam hidup sahaya, Yang Mulia."

[10] "Kalau begitu, teruskan persembahanmu. Cepat. Sebelum Sang Akuwu tiba."

[11] "Di bawah pimpinan Empu Gandring, para tamtama setuju mempersembahkan seluruh balatentara Tumapel, Yang Mulia."

[12] "Apa sebabnya?"

[13] "Sang Akuwu hanyalah sudra yang disatriakan. Semua prajurit dianggapnya sudra, termasuk satria seperti sahaya ini. Bukankah Sang Akuwu jauh di bawah derajat Yang Mulia?"

[14] "Terlalu jauh."

[15] "Kami dari Gerakan Empu Gandring, Yang Mulia, lebih menghendaki Yang Mulia Pramesywari yang memegang kekuasaan Tumapel."

(Dikutip dari novel Arok Dedes"karya Pramoedya Ananta Toer)

Kaidah kebahasaan yang menonjol dari kutipan teks di atas adalah ....

Teks cerita sejarah memiliki kaidah kebahasaan yang khas. Salah satu kaidah kebahasaan dalam teks cerita sejarah adalah banyak menggunakan dialog. Dialog berisi ucapan tokoh yang ditandai dengan tanda petik dua ("...").

Kaidah kebahasaan yang menonjol dari kutipan teks di atas adalah penggunaan dialog.

Hal tersebut dibuktikan dengan lima belas kalimat pada kutipan di atas yang merupakan kalimat dialog antara Kebo Ijo dan Pramesywari Ken Dedes.