Bacalah teks berikut dengan cermat!

I Laurang si Manusia Udang
Alkisah, ada seorang pemuda bernama I Laurang. I Laurang memiliki kulit seperti udang. Ia sering berendam dalam air.
Suatu hari, I Laurang meminta orang tuanya untuk meminang salah satu putri Raja. Karena iba, ayah dan ibu I Laurang akhirnya berangkat ke istana.
"Ampun, Baginda, jika kami yang miskin sudah lancang datang ke istana ini. Kami bermaksud untuk menyampaikan pinangan anak kami kepada salah satu putri Baginda," jelas ayah I Laurang sambil memberi hormat.
Raja yang bijak menanyai tujuh putrinya soal pinangan I Laurang. Keenam putri menolak pinangan I Laurang. Tak disangka, putri bungsu justru menerima pinangan I Laurang.
"Bila Ayahanda mengizinkan, Ananda bersedia menerima pinangan I Laurang," jawab si Bungsu kepada Baginda Raja.
Ayah dan Ibu I Laurang pulang dengan bersukacita. Begitu pula I Laurang, yang mendengar kabar pinangannya diterima. Ia keluar dari kulit udangnya. Ternyata, selama ini ia memiliki paras yang tampan di balik kulit udangnya itu.
(Sumber: histori.id, dengan penyesuaian)
Putri bungsu memanggil Raja dengan sebutan ....
A
Yang Mulia
B
Ayahanda
C
Baginda
Pembahasan:
Putri bungsu merupakan anak Raja. Putri bungsu memanggil Raja dengan sebutan Ayahanda.
"Bila Ayahanda mengizinkan, Ananda bersedia menerima pinangan I Laurang," jawab si Bungsu kepada Baginda Raja.
Ayahanda adalah kata sapaan hormat kepada ayah.
Ingin latihan soal-soal dengan topik yang sama?
Ingin cari soal-soal dengan topik yang sama?
Ayo daftar untuk mendapatkan 44.106 soal latihan!
Soal Populer Hari Ini
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Bagi sebagian orang, matematika merupakan pelajaran yang sulit. Banyak yang tidak suka dengan pelajaran matematika. (1) Hal tersebut biasanya dialami oleh anak-anak yang menyukai pelajaran ilmu sosial dan anak-anak yang menyukai pelajaran yang mudah. (2) Tetapi hal ini tidak berlaku bagi bocah jenius asal Medan yang bernama Petra Jheremy.
(3) Petra adalah bocah yang mempunyai otak seperti kalkulator. Dilansir dari Youtube Trans7 Official pada acara Hitam Putih, saat ditanya, Petra mengaku telah menyukai matematika dan belajar berhitung cepat sejak usia 6 tahun. (4) Dalam pelajaran yang melibatkan hitung-menghitung, Petra selalu menjadi juara kelas. Kemampuan menghitungnya jauh berada di atas rata-rata anak seusianya.
Dalam kutipan cerita di atas, kalimat yang mengandung majas yaitu ....
Di bawah ini yang tidak bisa dioperasikan dalam bentuk penjumlahan/pengurangan adalah ….
Hasil dari adalah ....
Cermati pidato berikut!
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati Bapak Ibu Wali Murid sekalian,
Dan anak-anak yang saya banggakan,
Pertama-tama, izinkanlah saya untuk menyampaikan gagasan dan pesan terkait dengan kenakalan remaja yang semakin marak di tengah perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini. Di tengah gempuran perkembangan teknologi dan komunikasi, banyak anak-anak muda yang sukses dalam meniti kehidupan dan prestasi. Namun, di balik itu tidak sedikit juga yang terjerumus ke dalam kenakalan remaja seperti pergaulan dan sosial yang salah.
Kalimat pembuka untuk mengawali isi pidato tersebut yang tepat adalah ...
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Bukan Uang, Sekolah Ini Minta Siswanya Bayar Pakai Sampah Plastik
Selama ini, plastik selalu dipandang sebagai masalah dan limbah yang mengotori lingkungan. Sebenarnya sampah juga mempunyai nilai guna apabila dilakukan daur ulang. Bahkan bagi sebagian orang sampah adalah barang yang berharga dan menjadi tumpuan hidup. Sebagaimana sebuah sekolah di India yang menggunakan sampah plastik sebagai pengganti uang sekolah yang harus dibayar oleh siswa.
Akshar Foundation adalah sekolah yang menerapkan program penerimaan limbah plastik untuk didaur ulang. Sekolah yang berada di Desa Pamohi, Guwahati, India tersebut didirikan oleh Parmita Sharma dan Mazin Mukthar. Program daur ulang limbah yang sekolah mereka terapkan juga mengajak siswa terlibat dalam pengumpulan dan pemisahan sampah.
Ketika awal membuka Akshar Foundation, Parmita dan Mizan mengalami kesulitan. Sebagian besar orangtua tidak mau memasukkan anak-anak mereka ke sekolah. Penyebabnya adalah karena mereka tidak punya biaya untuk membayar uang sekolah anaknya. Para orang tua memilih mengajak anaknya untuk bekerja di pertambangan. Namun Parmita dan Mizan tak patah semangat. Mereka mempunyai satu misi ingin memberikan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Parmita dan Mizan pun akhirnya memulai program sekolah gratis untuk semua anak. Lebih tepatnya bukan gratis, melainkan mengganti uang sekolah dengan sampah plastik. Akshar Foundation mewajibkan para siswanya untuk mengumpulkan dan membawa sampah plastik ke sekolah. Program tersebut berawal ketika mereka menyadari ada masalah sosial dan ekologi di lingkungan sekolah mereka.
Gerakan yang dilakukan Parmita dan Mazin mendapat apresiasi dari banyak pihak. Wakil Presiden Akshar, Priyongsu Borthakur, mengatakan bahwa ide mereka sangat mengesankan dan sangat berjasa. Dukungan dalam bentuk lain adalah menjadi banyak anak yang mendaftar di Akshar Foundation. Sekolah yang bermula dengan 20 siswa tersebut kini sudah memiliki hampir 100 siswa yang berusia antara 4 - 15 tahun.
(Sumber: Liputan6.com, dengan penyesuaian)
Tokoh utama dalam cerita di atas adalah ....