Cermati penggalan drama berikut!
Suasana jalanan tampak lenggang. Lampu-lampu taman menyala temaram dalam kegelapan malam. Suara jangkrik sampai terdengar karena jalanan sangat sepi. Langkah kaki dua orang yang berjalan santai di malam hari tiba-tiba terdengar diiringi gelak tawa.
Parti: Bahkan aku nggak menyangka dia akan mengatakan hal tersebut!
Dono: (tertawa) Betul! Kupikir dia hanya akan diam saja! Benar-benar akhir yang tidak tertebak!
Kata tidak baku dan pembenarannya yang tepat dalam penggalan naskah drama tersebut adalah ....
A
lenggang → lengang
B
menyangka → meyangka
C
temaram → termaram
D
gelak → galak
Pembahasan:
Kata baku adalah salah satu unsur kebahasaan yang penting dalam drama. Kata baku memiliki pengertian yaitu kata yang sudah sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa Indonesia yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku sering digunakan dan diperhatikan saat menulis suatu tulisan yang bersifat resmi.Mari kita melihat pilihan jawaban tersebut dan mencocokkannya dengan pengertian yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
- Menyangka (bentukan kata dari kata dasar sangka dan awalan me-) berarti 1 menduga; mengira; 2 mencurigai; menaruh syak. Sehingga menyangka merupakan kata baku.
- Temaram berarti remang-remang. Sehingga temaram merupakan kata baku.
- Gelak berarti suara tertawa yang keras. Di dalam kalimat tersebut gelak tawa merupakan suatu rangkaian frasa. Sehingga gelak termasuk kata baku.
- Lenggang tidak memiliki pengertian di KBBI sehingga lenggang tidak termasuk kata baku. Kata baku dari lenggang adalah lengang yang berarti 1 sunyi sepi; tidak ramai; tidak banyak orang (tentang dusun, pesta, dan sebagainya); 2 sepi; sunyi; tidak sibuk.
Sehingga apabila kita simpulkan berdasar analisis tersebut, kata tidak baku dan pembenarannya yang tepat dalam penggalan naskah drama tersebut adalah lenggang → lengang.
Ingin latihan soal-soal dengan topik yang sama?
Ingin cari soal-soal dengan topik yang sama?
Ayo daftar untuk mendapatkan 43.923 soal latihan!
Soal Populer Hari Ini
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Akibat adanya virus corona, segala jenis kegiatan belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal diliburkan untuk sementara waktu. Format pengajaran pun harus berubah. Sebagai gantinya guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring/online. Namun kegiatan tersebut seringkali mengalami kendala. Hal itulah yang membuat seorang guru di Sumenep memutuskan datang ke rumah masing-masing siswa.
Guru tersebut adalah Avan Fathurrahman. Avan merupakan guru di Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Melalui unggahan di akun Facebook pribadinya, ia menceritakan perjuangannya mengajar di masa pandemi.
Pembelajaran dari rumah mewajibkan Avan memberikan instruksi dan materi pelajaran melalui gawai. Namun hal itu tidak semudah yang diharapkan. Penyebabnya adalah karena tak semua siswa memiliki gawai untuk belajar dari rumah. Jika pun mereka memiliki gawai, tak semua siswa tahu cara pemakaiannya. Selain itu, orangtua siswa sibuk bekerja di sawah, sehingga mereka tak memiliki waktu untuk membimbing anaknya.
Karena kendala tersebut, Avan mengaku terpaksa melanggar imbauan dari pemerintah. Ia berkeliling ke rumah-rumah siswa tiga kali dalam seminggu. Avan harus rela menempuh jarak yang lumayan jauh dan trek yang lumayan sulit karena masuk ke desa-desa. "Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke rumah siswa," ungkapnya ketika ditanyai mengenai kesulitannya dalam mengajar. "Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah, tapi mau gimana lagi?"
Unggahan Avan di Facebooknya tersebut kemudian viral. Banyak warganet yang tersentuh dan mendukung Avan. Sebuah akun yang bernama Uti Nyiut memberi komentar, "Semoga selalu diberi kesehatan, ya, Pak. Semoga ilmu yang diajarkan menjadi berkah." Akun lain yang bernama Rubi Rubiarsih juga memberi komentar, "Guru teladan, baik dijadikan contoh untuk semua guru di Indonesia."
Avan adalah guru yang sangat peduli terhadap keberlangsungan belajar siswanya. Semangatnya dalam mengajar bagaikan matahari yang senantiasa menyinari bumi. Ia rela mengorbankan waktu dan tenaganya agar siswanya bisa mendapat pelajaran yang layak. Inisiatifnya tersebut juga tetap ia sertai dengan kesadaran mematuhi protokol kesehatan.
(Sumber: Liputan6.com, dengan penyesuaian)
Penggunaan kata ekspresif dalam teks di atas terdapat pada paragraf ....
Di bawah ini yang tidak bisa dioperasikan dalam bentuk penjumlahan/pengurangan adalah ….
Hasil dari adalah ....
Cermati penggalan pidato persuasif berikut!
Demikian gagasan dan pesan yang dapat saya sampaikan. Saya berharap pidato saya siang ini mampu membawa perubahan positif bagi Anda sekalian. Saya meminta maaf apabila informasi yang saya paparkan kurang luas maupun ada beberapa bahasan yang terlewat, karena saya diminta untuk melakukan pidato ini secara mendadak sehingga kurangnya persiapan. Sekali lagi saya meminta maaf dan terima kasih atas perhatian hadirin sekalian.
Penggalan pidato tersebut termasuk dalam struktur pidato persuasif bagian ....
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Seorang remaja asal Thailand yang tinggal di timur laut Provinsi Kalasin sedang menjadi buah bibir. Remaja tersebut menjadi buah bibir lantaran menjual lukisannya, mayoritas bergambar pemandangan desa, untuk memenuhi tanggungan biaya kuliahnya.
Remaja bernama Krittamet Saisaen, atau yang akrab disapa Earth tersebut bercita-cita menjadi seorang arsitek. Remaja berusia 18 tahun tersebut mengenang kesukaannya melukis pertama kali, yaitu ketika menemani ibunya saat dirawat di rumah sakit. Hobi menggambarnya memang sudah dimulai sejak ia masih kecil. Oleh karena itu, ia sangat berkeinginan menjadi seorang arsitek yang ahli mendesain bangunan.
Earth ingin mendaftar kuliah di Arsom Silp Institute of The Arts, Bangkok. Namun, biaya yang harus ia bayar untuk bisa menempuh kuliah di sana sebesar 60 ribu baht atau lebih dari 27 juta untuk satu semesternya. Untuk meraih gelar sarjana, ia harus menyelesaikan 10 semester atau memerlukan biaya sekitar 270 juta. Biaya kuliah yang sangat tinggi tersebut tak mampu ia penuhi. Apalagi orangtua Earth sudah tidak ada. Ibunya telah meninggal dunia dan ayahnya meninggalkannya beserta adiknya.
Earth tak patah semangat. Ia berharap bisa mendapatkan uang dengan menjual lukisannya. Ia menjual lukisannya kepada tetangga dengan harga 20 sampai 50 baht, atau sekitar 10 ribu sampai 23 ribu rupiah. Meskipun dibayar sedikit, ia tak patah semangat. Ia terus memoles keterampilannya lewat guru seninya dan video tutorial di Youtube.
Kehidupan Earth membaik setelah kisahnya tersebar di berbagai media sosial. Akibat hal tersebut, ia kemudian kebanjiran pesanan membuat lukisan. Pesanan lukisan tersebut dibayar dengan harga 1000 sampai 2000 bath.
Kerja keras Earth mengasah keterampilan dan gigih menjual lukisan akhirnya menuai hasil. Earth menjadi bukti sebagai anak muda yang berjuang meraih cita-citanya meskipun banyak halangan. Dari penghasilan yang ia dapatkan tersebut ia juga bercita-cita membangun pondok ramah lingkungan untuk mengajari anak-anak melukis.
(Sumber: Liputan6.com, dengan penyesuaian)
Bagian komplikasi dalam cerita inspiratif di atas terdapat pada paragraf ....