Bank Soal Bahasa Inggris SMA Narrative Text: Indonesian Folktales

Soal

Pilgan

The Legend of Catu Island

Premium Photo | Farmers are harvesting rice in the hot sun: nan, thailand,  25 october 2018

A long time ago there was a village in Bali. The people worked as farmers. One of them was Jurna. He was a diligent farmer. He always had a great harvest. However, he was never satisfied. He wanted to have a better and better harvest. “I will promise to gods. If they give me a better harvest than I have now, I will give them offerings and I will share the harvest to the neighbors,” said Jurna to his wife. “I agree, but remember, you have to keep your promise,” said his wife.

Soon, Jurna had a better harvest. He had more rice than he had before. He was happy. As his promise, he prepared offerings to the gods and he also shared them with his neighbors. They were very happy. Jurna was not satisfied. He wanted to have a better and better and more harvest. Therefore, he promised to the gods that he would double his offerings and his sharing to the neighbors. His wish came true. His harvest was much better than before. The other farmers were amazed. They were also very thankful because he shared his harvest with them.

One day, Jurna went to his rice field. When he arrived, he saw a pile of soil on the ground. It looked like a catu. Catu was made of coconut shell. People used catu to measure the amount of rice. At home, Jurna talked about soil which looked like a catu to his wife. She had an idea. “Let’s make catu from rice,” she said. Jurna agreed. Later, they formed the rice just like catu. 

On the following day, Jurna went to his rice field. He saw the soil catu was getting bigger. “Hmm…I will make rice catu bigger than this,” said Jurna himself. He asked his wife to make a bigger rice catu. He felt very satisfied. He wanted to show his rise catu to his neighbors. He hoped that his neighbors would praise him as a rich man. And they did! All the neighbors praised him. Jurna became arrogant. On the next day, Jurna went to his rice field. He hoped the soil catu were not getting bigger and bigger. But he was wrong. Strangely, the soil catu was bigger. “Don’t worry, I have a lot of rice. I can make rice catu bigger,” said Jurna arrogantly. While he was making the rice catu, he was thinking about how the neighbors would praise him.

Then, his wish came true. All the neighbors were so amazed by the size of the rice catu. They all said that Jurna was very rich. Jurna became more arrogant. After that, Jurna went to his rice field. He hoped the soil catu would stop growing, but he was wrong. Again, it became much bigger than before. Jurna was really upset. He made rice catu bigger than before. It was always repeated. Every time he went to his rice field he always found the soil catu became bigger and bigger. 

His wife always reminded him to stop making rice catu. She said that their stock was getting lesser and lesser. She asked him to stop wasting the rice. However, Jurna ignored her. He was only thinking about how he could make his rice catu bigger than the soil catu. Soon, he lost all of his rice. He became poor. He regretted his bad behaviour. Meanwhile, the soil catu became very big. It was like a hill. People then named it as Catu Hill or Bukit Catu.

Source: britishcourse.com

From the story, we can learn that ...

A

Sharing things with others is a good thing.

B

We should be grateful for what we have.

C

We must treat our wife with respect.

D

Having no heart makes you a cruel person.

Pembahasan:

Berikut ini adalah terjemahan dari soal di atas.

Legenda Bukit Catu

Dahulu kala ada sebuah desa di Bali. Orang-orangnya bekerja sebagai petani. Salah satunya adalah Jurna. Dia adalah seorang petani yang rajin. Dia selalu mendapatkan panen yang bagus. Namun dia tidak pernah puas. Dia ingin panen yang lebih baik dan lebih baik. “Saya berjanji kepada dewa. Jika mereka memberi saya hasil panen yang lebih baik dari yang saya miliki sekarang, saya akan memberikan sesaji dan saya akan membagikan hasil panen kepada tetangga,” kata Jurna kepada istrinya. “Aku setuju, Tapi ingat, kamu harus menepati janjimu,” kata istrinya.

Segera, Jurna mendapatkan panen yang lebih baik. Dia memiliki lebih banyak pada dari yang dia miliki sebelumnya. Dia bahagia. Dan sebagai janjinya, dia menyiapkan persembahan untuk para dewa dan dia juga membagikan kepada tetangganya. Mereka sangat bahagia. Jurna tidak puas. Dia ingin panen yang lebih baik dan lebih baik dan lebih banyak. Oleh karena itu dia berjanji kepada dewa bahwa dia akan melipatgandakan persembahannya dan membagikannya kepada tetangga. Keinginannya menjadi kenyataan. Panennya jauh lebih baik dari sebelumnya. Para petani lainnya takjub. Mereka juga sangat bersyukur karena dia membagikan hasil panennya kepada mereka.

Suatu hari, Jurna pergi ke sawahnya. Ketika dia tiba, dia melihat tumpukan tanah di ladang. Itu terlihat seperti catu. Catu terbuat dari batok kelapa. Orang menggunakan catu untuk mengukur jumlah beras. Di rumah, Jurna bercerita tentang tanah yang tampak seperti catu kepada istrinya. Dia punya ide. “Ayo buat catu dari beras,” katanya. Jurna setuju. Kemudian. mereka membentuk beras seperti catu.

Keesokan harinya, Jurna pergi ke sawahnya. Ia melihat tanah catu semakin membesar. “Hmm… aku akan membuat nasi catu lebih besar dari ini,” kata Jurna sendiri. Ia meminta istrinya membuat catu beras yang lebih besar. Dia merasa sangat puas. Dia ingin menunjukkan catu yang semakin besar kepada tetangganya. Dia berharap tetangganya akan memujinya sebagai orang kaya. Dan mereka berhasil! Semua tetangga memujinya. Jurna menjadi sombong. Keesokan harinya, Jurna pergi ke sawahnya. Ia berharap tanah catu tidak semakin membesar. Tapi dia salah. Anehnya, catu tanahnya semakin besar. “Jangan khawatir, beras saya banyak. Saya bisa bikin nasi catu lebih besar,” ucap Jurna angkuh. Saat membuat catu beras, dia berpikir bagaimana para tetangga akan memujinya.

Dan keinginannya menjadi kenyataan. Semua tetangga sangat kagum dengan ukuran catu beras itu. Mereka semua mengatakan bahwa Jurna sangat kaya. Jurna menjadi lebih sombong. Lalu, Jurna pergi ke sawahnya. Dia berharap tanah catu berhenti tumbuh, tapi dia salah. Sekali lagi, itu menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya. Jurna sangat kesal. Dia membuat catu beras lebih besar dari sebelumnya. Itu selalu berulang. Setiap dia pergi ke sawahnya dia selalu menemukan tanah catu menjadi semakin besar.

Istrinya selalu mengingatkannya untuk berhenti membuat nasi catu. Dia mengatakan bahwa persediaan mereka semakin berkurang. Dia memintanya untuk berhenti menyia-nyiakan nasi. Tapi Jurna mengabaikannya. Dia hanya berpikir bagaimana dia bisa membuat catu nasinya lebih besar dari catu tanah. Segera dia kehilangan semua padinya. Dia menjadi miskin. Dia menyesali perilaku buruknya. Sedangkan tanah catu menjadi sangat besar. Itu seperti bukit. Orang kemudian menamakannya Bukit Catu. 

Source: britishcourse.com

Dari cerita tersebut, kita dapat belajar bahwa ...

Berikut adalah pilihan jawabannya:

  • Sharing things with others is a good thing – Berbagi sesuatu dengan orang lain adalah hal yang baik
  • We should be grateful for what we have – Kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki
  • We must treat our wife with respect – Kita harus memperlakukan istri kita dengan hormat
  • Having no heart makes you a cruel person – Tidak punya hati membuatmu menjadi orang yang kejam

Soal ini menanyakan amanat yang tersirat dalam cerita tersebut. Bisa kita ketahui jika teks tersebut merupakan teks naratif yang bercerita tentang kisah seorang petani yang membuat catu dari beras. Untuk dapat mengetahui nilai moralnya, kita harus mengetahui isi cerita tersebut. Pada awal cerita, diceritakan bahwa si petani berdoa kepada Tuhan untuk diberikan hasil panen yang melimpah. Lalu, doanya terwujud. Suatu hari, ia melihat tanah yang terlihat seperti bukit atau catu. Ia mempunyai ide untuk membuat beras yang berbentuk seperti catu, meskipun istrinya sudah memperingatkannya karena menyia-nyiakan beras. Ia pun menjadi sombong karena merasa memiliki beras catu yang besar. Alhasil, ia pun kehabisan semua berasnya dan menjadi miskin. Dari penjelasan tersebut, amanat yang bisa kita ambil adalah kita harus bersyukur dan tidak boleh sombong atas apa yang kita miliki.

Jadi, jawaban yang tepat adalah "We should be grateful for what we have".

K13 Kelas X Bahasa Inggris Folktales Narrative Text: Indonesian Folktales Skor 2
Memahami LOTS
Video
24 Juli 2020
Expression of existence | Bahasa Inggris | Kelas VIII
Rangkuman
14 Oktober 2020
Bab 2 | Singular & Plural Nouns | Bahasa Inggris | Kelas 7

Siswa

Ingin latihan soal, nonton, atau unduh materi belajar lebih banyak?

Buat Akun Gratis

Guru

Ingin akses bank soal, nonton, atau unduh materi belajar lebih banyak?

Buat Akun Gratis

Soal Populer Hari Ini

Cek Contoh Kuis Online

Kejar Kuis

Cek Contoh Bank Soal

Kejar Soal