Perhatikan teks deskripsi berikut!

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Begitulah, bunyi lirik lagu yang mansyur, menggambarkan keluarga bak harta yang tak ternilai harganya. Aku pun merasakan demikian. Keluarga begitu berharga bagiku. Sebab keluargaku adalah keluarga yang hangat. Ayah dan ibu adalah sosok penyayang. Tak heran, kami, anak-anaknya juga tumbuh menjadi pribadi penyayang. Ayah dan ibu senantiasa mengajarkan cara bertutur yang lembut dan sopan. Namun keduanya juga mengajarkan kami untuk bersikap tegas. Ya, tegas bukan kasar.

Kami tidak mengenal kata caci maki atau kata-kata kasar di keluarga kami. Bahkan ayah dan ibu tidak pernah membentak kami sekali pun. Namun bukan berarti kami tidak pernah berbuat salah. Ketika kami berbuat salah, ayah atau ibu akan segera menegur. Jika kami melakukan kesalahan berulang, barulah kami mendapat hukuman. Tentu hukuman yang diberikan bukan bentuk hukuman yang menyakitkan seperti pukulan atau mengurung di dalam kamar. Hukuman yang diberikan ayah dan ibu lebih pada sikap mendisiplinkan agar kami menjadi anak yang lebih baik.

Selain ayah dan ibu, di keluargaku juga ada kakek yang tinggal bersama kami. Kakek adalah orang yang sangat bijak. Kakek sangat suka bercerita dan mendongeng. Aku selalu antusias mendengarkan kakek bercerita, khususnya tentang kisah kakek di waktu kecil. Kini rambut kakek sudah memutih dan wajah yang keriput terlihat teduh dengan senyumnya yang ramah.

Selanjutnya di keluargaku, aku memiliki seorang kakak perempuan yang duduk di bangku SMA dan seorang adik laki-laki yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku sendiri masih duduk di bangku SMP kelas tujuh. Sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga kami, kakak perempuanku sangat lembut, mirip sekali dengan ibu. Sementara adik laki-lakiku, walaupun ia anak bungsu dan paling kecil di keluarga kami, ia tidak manja. Aku sangat menyayangi keluargaku karena mereka adalah harta yang paling berharga bagiku.

Bagaimana penggambaran keluarga sesuai dengan teks di atas?