Cermati berita berikut!
Dampak Pandemi Virus Corona pada Lingkungan, Polusi Udara Global Turun
Pandemi virus corona yang menyebabkan COVID-19 semakin memberi pukulan keras terhadap ekonomi global. Namun, ada dampak lain yang sangat positif bagi lingkungan. Kabar baik di tengah kabar buruk terkait semakin luasnya penyebaran virus corona di dunia. Sebab, lagi-lagi COVID-19 menunjukkan pengaruh positif terhadap polusi udara secara global.
Saat China menyatakan lockdown karena penyebaran virus corona yang semakin liar, citra satelit menunjukkan tingkat polusi yang menurun drastis di langit Negeri Tirai Bambu itu. Kali ini, seperti melansir Science Alert, Selasa (17/3/2020), para astronom menunjukkan penurunan emisi nitrogen dioksida di langit Eropa. Menggunakan instrumen Tropomi pada satelit Copernicus Sentinel-5P, astronom mengambil gambar permukaan bumi yang diambil dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020. Gambar tersebut menunjukkan penurunan nitrogen dioksida, yakni emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan asap industri, yang turun secara drastis. "Penurunan emisi nitrogen dioksida di atas Lembah Po di Italia Utara sangat nyata," jelas Claus Zehner, manajer misi Badan Antariksa Eropa ( ESA) Copernicus Sentinel-5P. Zehner mengatakan meski mungkin ada variasi dalam data karena tutupan awan dan perubahan cuaca, namun dia meyakini pengurangan emisi terjadi bersamaan dengan lockdown di Italia. "Hal ini menyebabkan lebih sedikit lalu lintas dan kegiatan industri (berlangsung di Italia)," ungkap dia.
Polusi udara sebabkan kematian lebih tinggi. Pada 8 Maret lalu, peneliti sumber daya lingkungan dari Standford University, Marshall Burke melakukan beberapa perhitungan baik tentang penurunan polusi udara baru-baru ini di beberapa wilayah di China. Seperti diketahui, virus corona yang kali pertama mewabah di Wuhan, telah menewaskan ribuan orang. Bahkan hingga saat ini, jumlah korban tewas karena COVID-19 terus bertambah di seluruh dunia. Kendati demikian, menurut Burke, secara konservatif, sangat mungkin nyawa yang diselamatkan secara lokal dari adanya pengurangan polusi akan melebihi kematian akibat COVID-19. "Mengingat sejumlah besar bukti bahwa menghirup udara kotor berkontribusi besar terhadap kematian dini," kata Burke. Burke kembali mempertanyakan apakah mungkin nyawa yang diselamatkan dari pengurangan polusi yang disebabkan oleh gangguan ekonomi dari COVID-19 ini melebihi angka kematian akibat virus itu sendiri. "Bahkan di bawah asumsi yang sangat konservatif, saya pikir jawabannya jelas 'ya'," jelas dia. Peneliti ini kemudian mencoba menghitung pengurangan polusi selama dua bulan. Hasilnya, mungkin saja pengurangan polusi ini telah menyelamatkan nyawa 4.000 anak di bawah 5 dan 73.000 orang dewasa di atas 70 di Cina. Itu secara signifikan lebih dari jumlah kematian global saat ini dari virus corona. Meskipun ini mungkin tampak sedikit mengejutkan, namun itu adalah sesuatu yang telah diketahui untuk waktu yang cukup lama. Awal bulan ini, penelitian menunjukkan polusi udara menghabiskan biaya tiga tahun, dari rata-rata harapan hidup global. "Sungguh luar biasa, jumlah kematian dan hilangnya harapan hidup dari polusi udara menyaingi efek dari merokok tembakau dan jauh lebih tinggi daripada penyebab kematian lainnya," kata fisikawan Jos Lelieveld dari Cyprus Institute di Nicosia. Menurut dia, polusi udara melebihi malaria sebagai penyebab global kematian dini dengan faktor 19. Angka tersebut melebihi kekerasan dengan faktor 16, HIV/AIDS dengan faktor 9, alkohol dengan faktor 45, dan penyalahgunaan narkoba oleh faktor 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa polusi udara benar-benar dapat membunuh.
Tetapi analisis Burke hanya menggunakan data dari China, dan diselesaikan sebelum ada informasi lebih lanjut tentang bagaimana COVID-19 telah memengaruhi seluruh dunia. Dengan jumlah kasus terbesar kedua yang terjadi di Italia, dan negara itu memberlakukan tindakan karantina yang ketat, data satelit di Italia Utara kini telah menunjukkan penurunan besar dalam polusi udara. Khususnya penurunan nitrogen dioksida, gas yang sebagian besar dikeluarkan oleh mobil, truk dan beberapa industri. Untuk saat ini, Zehner mengaku tidak memiliki studi peer-review yang mengukur dampak kesehatan sejati dari pengurangan emisi. Akan tetapi, mengingat apa yang diketahui tentang bahaya pencemaran udara yang meluas, kemungkinan akan ada manfaat langsung dalam bentuk polusi yang lebih sedikit.
Kendati demikian, angka-angka pendahuluan ini menunjukkan pandemi virus corona sebagai bencana kesehatan global ini adalah kesempatan untuk menilai. Salah satunya menilai aspek mana dari kehidupan modern yang mutlak diperlukan. Selain itu, perubahan positif apa yang mungkin terjadi jika kita mengubah kebiasaan dalam skala global setelah besarnya dampak pandemi virus corona yang akibatkan COVID-19 ini.
(Sumber: www.kompas.com, dengan penyesuaian)
Paragraf yang termasuk struktur kaki berita adalah paragraf ke- ....
A
1
B
3
C
5
D
2
Pembahasan:
Berita adalah informasi aktual dan penting yang disampaikan secara jelas dan menarik sesuai dengan fakta dan disampaikan kepada masyarakat melalui media baik online maupun offline.
Urutan struktur teks berita adalah:
(1) kepala berita (headline) → bagian yang berisi judul berita ditulis dengan ukuran huruf yang lebih besar atau jenis huruf yang berbeda dengan isi berita lainnya.
(2) teras (lead) → bagian paragraf pembuka yang berisi informasi yang menarik dengan hanya beberapa poin 5W+1H.
(3) tubuh (body) → bagian paragraf (isi) yang mengandung uraian lengkap sebuah berita dengan menjabarkan keseluruhan 5W+1H.
(4) kaki (leg) → bagian penutup yang berisi kesimpulan maupun penegasan ulang.
Apabila kita klasifikasikan berita tersebut berdasarkan strukturnya, maka akan menjadi:
Kepala berita: Dampak Pandemi Virus Corona pada Lingkungan, Polusi Udara Global Turun
Teras berita (paragraf 1):
Pandemi virus corona yang menyebabkan COVID-19 semakin memberi pukulan keras terhadap ekonomi global. Namun, ada dampak lain yang sangat positif bagi lingkungan. Kabar baik di tengah kabar buruk terkait semakin luasnya penyebaran virus corona di dunia. Sebab, lagi-lagi COVID-19 menunjukkan pengaruh positif terhadap polusi udara secara global.
Tubuh berita (paragraf 2-4)
Saat China menyatakan lockdown karena penyebaran virus corona yang semakin liar, citra satelit menunjukkan tingkat polusi yang menurun drastis di langit Negeri Tirai Bambu itu. Kali ini, seperti melansir Science Alert, Selasa (17/3/2020), para astronom menunjukkan penurunan emisi nitrogen dioksida di langit Eropa. Menggunakan instrumen Tropomi pada satelit Copernicus Sentinel-5P, astronom mengambil gambar permukaan bumi yang diambil dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020. Gambar tersebut menunjukkan penurunan nitrogen dioksida, yakni emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan asap industri, yang turun secara drastis. "Penurunan emisi nitrogen dioksida di atas Lembah Po di Italia Utara sangat nyata," jelas Claus Zehner, manajer misi Badan Antariksa Eropa ( ESA) Copernicus Sentinel-5P. Zehner mengatakan meski mungkin ada variasi dalam data karena tutupan awan dan perubahan cuaca, namun dia meyakini pengurangan emisi terjadi bersamaan dengan lockdown di Italia. "Hal ini menyebabkan lebih sedikit lalu lintas dan kegiatan industri (berlangsung di Italia)," ungkap dia.
Polusi udara sebabkan kematian lebih tinggi. Pada 8 Maret lalu, peneliti sumber daya lingkungan dari Standford University, Marshall Burke melakukan beberapa perhitungan baik tentang penurunan polusi udara baru-baru ini di beberapa wilayah di China. Seperti diketahui, virus corona yang kali pertama mewabah di Wuhan, telah menewaskan ribuan orang. Bahkan hingga saat ini, jumlah korban tewas karena COVID-19 terus bertambah di seluruh dunia. Kendati demikian, menurut Burke, secara konservatif, sangat mungkin nyawa yang diselamatkan secara lokal dari adanya pengurangan polusi akan melebihi kematian akibat COVID-19. "Mengingat sejumlah besar bukti bahwa menghirup udara kotor berkontribusi besar terhadap kematian dini," kata Burke. Burke kembali mempertanyakan apakah mungkin nyawa yang diselamatkan dari pengurangan polusi yang disebabkan oleh gangguan ekonomi dari COVID-19 ini melebihi angka kematian akibat virus itu sendiri. "Bahkan di bawah asumsi yang sangat konservatif, saya pikir jawabannya jelas 'ya'," jelas dia. Peneliti ini kemudian mencoba menghitung pengurangan polusi selama dua bulan. Hasilnya, mungkin saja pengurangan polusi ini telah menyelamatkan nyawa 4.000 anak di bawah 5 dan 73.000 orang dewasa di atas 70 di Cina. Itu secara signifikan lebih dari jumlah kematian global saat ini dari virus corona. Meskipun ini mungkin tampak sedikit mengejutkan, namun itu adalah sesuatu yang telah diketahui untuk waktu yang cukup lama. Awal bulan ini, penelitian menunjukkan polusi udara menghabiskan biaya tiga tahun, dari rata-rata harapan hidup global. "Sungguh luar biasa, jumlah kematian dan hilangnya harapan hidup dari polusi udara menyaingi efek dari merokok tembakau dan jauh lebih tinggi daripada penyebab kematian lainnya," kata fisikawan Jos Lelieveld dari Cyprus Institute di Nicosia. Menurut dia, polusi udara melebihi malaria sebagai penyebab global kematian dini dengan faktor 19. Angka tersebut melebihi kekerasan dengan faktor 16, HIV/AIDS dengan faktor 9, alkohol dengan faktor 45, dan penyalahgunaan narkoba oleh faktor 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa polusi udara benar-benar dapat membunuh.
Tetapi analisis Burke hanya menggunakan data dari China, dan diselesaikan sebelum ada informasi lebih lanjut tentang bagaimana COVID-19 telah memengaruhi seluruh dunia. Dengan jumlah kasus terbesar kedua yang terjadi di Italia, dan negara itu memberlakukan tindakan karantina yang ketat, data satelit di Italia Utara kini telah menunjukkan penurunan besar dalam polusi udara. Khususnya penurunan nitrogen dioksida, gas yang sebagian besar dikeluarkan oleh mobil, truk dan beberapa industri. Untuk saat ini, Zehner mengaku tidak memiliki studi peer-review yang mengukur dampak kesehatan sejati dari pengurangan emisi. Akan tetapi, mengingat apa yang diketahui tentang bahaya pencemaran udara yang meluas, kemungkinan akan ada manfaat langsung dalam bentuk polusi yang lebih sedikit.
Kaki berita (paragraf 5)
Kendati demikian, angka-angka pendahuluan ini menunjukkan pandemi virus corona sebagai bencana kesehatan global ini adalah kesempatan untuk menilai. Salah satunya menilai aspek mana dari kehidupan modern yang mutlak diperlukan. Selain itu, perubahan positif apa yang mungkin terjadi jika kita mengubah kebiasaan dalam skala global setelah besarnya dampak pandemi virus corona yang akibatkan COVID-19 ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur kaki berita tersebut terdapat pada paragraf ke-5.
Ingin latihan soal-soal dengan topik yang sama?
Ingin cari soal-soal dengan topik yang sama?
Ayo daftar untuk mendapatkan 40.229 soal latihan!
Soal Populer Hari Ini
Hasil dari
Baca teks berikut ini dengan cermat.
Akibat adanya virus corona, segala jenis kegiatan belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal diliburkan untuk sementara waktu. Format pengajaran pun harus berubah. Sebagai gantinya guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring/online. Namun kegiatan tersebut seringkali mengalami kendala. Hal itulah yang membuat seorang guru di Sumenep memutuskan datang ke rumah masing-masing siswa.
Guru tersebut adalah Avan Fathurrahman. Avan merupakan guru di Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Melalui unggahan di akun Facebook pribadinya, ia menceritakan perjuangannya mengajar di masa pandemi.
Pembelajaran dari rumah mewajibkan Avan memberikan instruksi dan materi pelajaran melalui gawai. Namun hal itu tidak semudah yang diharapkan. Penyebabnya adalah karena tak semua siswa memiliki gawai untuk belajar dari rumah. Jika pun mereka memiliki gawai, tak semua siswa tahu cara pemakaiannya. Selain itu, orangtua siswa sibuk bekerja di sawah, sehingga mereka tak memiliki waktu untuk membimbing anaknya.
Karena kendala tersebut, Avan mengaku terpaksa melanggar imbauan dari pemerintah. Ia berkeliling ke rumah-rumah siswa tiga kali dalam seminggu. Avan harus rela menempuh jarak yang lumayan jauh dan trek yang lumayan sulit karena masuk ke desa-desa. "Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke rumah siswa," ungkapnya ketika ditanyai mengenai kesulitannya dalam mengajar. "Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah, tapi mau gimana lagi?"
Unggahan Avan di Facebooknya tersebut kemudian viral. Banyak warganet yang tersentuh dan mendukung Avan. Sebuah akun yang bernama Uti Nyiut memberi komentar, "Semoga selalu diberi kesehatan, ya, Pak. Semoga ilmu yang diajarkan menjadi berkah." Akun lain yang bernama Rubi Rubiarsih juga memberi komentar, "Guru teladan, baik dijadikan contoh untuk semua guru di Indonesia."
Avan adalah guru yang sangat peduli terhadap keberlangsungan belajar siswanya. Semangatnya dalam mengajar bagaikan matahari yang senantiasa menyinari bumi. Ia rela mengorbankan waktu dan tenaganya agar siswanya bisa mendapat pelajaran yang layak. Inisiatifnya tersebut juga tetap ia sertai dengan kesadaran mematuhi protokol kesehatan.
(Sumber: Liputan6.com, dengan penyesuaian)
Majas perumpamaan dalam teks di atas terdapat pada paragraf ....
Hasil dari ....
(Pilih semua jawaban yang benar!)
Cermati pilihan berikut!
- Kita harus menjaga kesehatan bukan karena ingin hidup abadi, karena kekekalan hanyalah milik Tuhan semata.
- Dalam memilih barang berharga, sudah sepatutnya kita menguji keasliannya agar tidak mudah tertipu.
- Data mengenai jumlah kematian yang diberikan oleh WHO akurat karena persis seperti apa yang terjadi di lapangan.
- Kebahagiaan dan kesedihan seseorang tidak diukur dari banyaknya harta kekayaan yang dimiliki.
Dari pilihan kalimat tersebut yang termasuk kalimat yang mengandung kosakata bersinonim adalah pilihan kalimat bernomor ....
Berikut ini titik yang memiliki jarak 17 satuan dari titik (7, 2) adalah?